Mendeteksi Penyakit Malaria dalam Empat Menit

Jumat, 28 Januari 2011

Mendiagnosis penyakit malaria kini lebih mudah dan cepat. Dengan menggunakan mikroskop yang dimodifikasi, penderita terduga malaria tidak perlu lagi menjalani tes darah di laboratorium. Malaria, dikenal sebagai penyakit menular yang banyak diderita penduduk di daerah tropis dan subtropis. Penyakit itu tidak boleh dianggap enteng, karena bisa menimbulkan kematian. Penanganannya pun harus hati-hati pasalnya tidak mudah mengidentifikasi apakah seseorang terserang malaria atau penyakit lainnya. Memang, hingga saat ini ganjalan terbesar dalam menangani malaria ialah sulitnya melakukan proses pengidentifikasian penyakit.

Umumnya, orang yang didiagno-sis terkena malaria dapat dilihat berdasarkan gejala klinis yang muncul, seperti demam, menggjgjl, dan muntah-muntah. Meski gejala klinis tersebut terlihat, tetap saja diperlukan proses identifikasi lanjutan untuk menentukan positif atau tidaknya seseorang terkena malaria. Seperti lazimnya penyakit yang disebabkan oleh serangan nyamuk, maka proses pengidentifikasian tersebut dilakukan melalui serangkaian tes darah. Contoh darah . sering kali harus dibawa ke laboratorium, baru setelah itu dari hasil tes laboratorium tersebut bisa dipastikan seseorang menderita malaria atau tidak. Apabila hasilnya positif, maka penderita pun harus segera mendapat perawatan.
Mekanis.me pengidentifikasian tersebut terbilang tidak praktis dan sulit diterapkan di daerah-daerah terpencil. Akibat panjang serta sulitnya proses tersebut, maka penanganan terhadap penderita pun menjadi lambat. Hal itu tentu saja berisiko tinggi, pasalnya semakin lama penanganan maka peluang kesembuhan pasien semakin kecil. "Panjangnya proses tersebut di beberapa daerah sering kali mengakibatkan penderita meninggal sebelum sempat tertangani," papar Indah S Tantular, peneliti malaria di Institute of Tropical Disease (ITD), Universitas Airlangga, Surabaya.
Sebuah Terobosan
Fakta di lapangan mengungkapkan bahwa malaria termasuk penyakit yang cukup berbahaya. Ribuan kasus penderita malaria di Indonesia sebagian besar ditemukan di kawasan Indonesia Timur. Indah menyatakan umumnya banyak penderita malaria yang tidak terdata dikarenakan daerah ende-iinm i sulit dijangkau.
Permasalahan itulah yang kemudian memicu para peneliti dari ITD untuk membuat perangkat yang mempermudah pendiagnosisan malaria. Mereka lantas bekerja sama dengan tim dari Institut Teknologi 10 Nopember (ITS), Surabaya yang dipimpin oleh Tri Arif Sardjono.
Hasil kerja sama itu kemudian melahirkan suatu inovasi baru, yakni pembuatan perangkat mik-roskop pendeteksi malaria. Apabila ditinjau secara fisik, hampir tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara mikroskop pendeteksi malaria dengan mikroskop sederhana pada umumnya. Hal yang membedakan hanyalah mikroskop hasil modifikasi itu memiliki peranti tambahan berupa lampu halogen berbentuk balok horizon-tal di bagian depan. Alat tambahan tersebut bisa menyorotkan sinar halogen yang telah melewati filter pada cermin di bawah mikroskop. "Sinar dari lampu halogen itu berperan besar dalam pendiagnosisan malaria," jelas Sardjono.
Intensitas sumber cahaya itu dapat diubah-ubah dengan pulse with modulation (PWM). Lampu halogen juga bisa disaring dengan panjang gelombang tertentu dan menggunakan dua jenis filter warna. Darisisi prinsip kerja, mikroskop pendeteksi malaria tidak jauh berbeda dengan mikroskop pada umumnya.
Pada saat darah ditetesi dengan zat acridine orange (AO) dan disorot dengan sinar lampu halogen berdaya 100 watt, maka zat akan me-mendarkan Plasmodium malaria. Darah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan cukup satu tetes. Sekitar tiga sampai empat menit kemudian, petugas pemeriksa bisa langsung mengetahui hasilnya.
Dari lensa mikroskop bisa dilihat tampilan Plasmodium itu berupa latar belakangyanggelap, inti berwarna kehijauan, dan adanya sitoplasma (bagian berwujud cairan kental di sekitar inti sel) yang berwarna oranye. "Itu memang ciri khas Plasmodium malaria. ladi, dengan hasil itu saja, sudah bisa diketahui apakah penderita positif menderita malaria atau tidak," papar Indah.
Apabila dibandingkan dengan mikroskop digital, harga mikroskop pendeteksi malaria itu lebih murah. Pasalnya, mikroskop tersebut memang berasal dari modifikasi mikroskop biasa. Meski harganya lebih miring, mikroskop pendeteksi malaria itu memiliki kelebihan, bisa dioperasikan dengan meng-gunakan listrik maupun baterai.
Dengan demikian penggunaannya pun akan lebih mudah. Bahkan petugas laboratorium yang belum berpengalaman pun bisa melakukannya. "Tidak hanya di rumah sakit, alat itu juga mudah diaplikasikan di daerah terpencil. Perangkat tersebut juga memberi kemudahan bagi petugas kesehatan sebab bisa langsung dibawa untuk pemeriksaan di lapangan," ujar Sardjono.
Kemudahan penggunaan perangkat memungkinkan para petugas kesehatan memberantas malaria di lapangan secara proaktif. Indah menuturkan petugas bisa berkeliling dengan membawa mikroskop, memeriksa contoh darah masyarakat, dan langsung memberikan obat. "ladi, mereka tidak perlu menunggu pasien datang ke puskesmas."
Berdasarkan hasil survei ke beberapa daerah di Indonesia Timur yang merupakan daerah dengan endemi malaria terbanyak, sejumlah petugas kesehatan yang me-nyatakan puas terhadap prototipe mikroskop pendeteksi malaria. Pasalnya, alat itu bisa langsung dibawa mereka untuk pemeriksaan di lapangan. Para tenaga medis pun tidak perlu lagi membawa contoh darah ke laboratorium.
Mikroskop pendeteksi malaria terbilang mudah diperoleh, cukup dengan memodifikasi mikroskop yang tersedia di puskemas-puskesmas. Soal biaya, tidak perlu khawatir karena biaya modifikasinya relatif terjangkau. Untuk satu unit prototipe mikroskop pendeteksi malaria, dana yang dikeluarkan sekitar lima juta rupiah. Biaya terbesar ditujukan untuk pembelian filter yang masih harus Meskidemikian, harga masih bisa ditekan hingga setengahnya apabila perangkat diproduksi massal.
Setelah tahap pengembangannya selesai pada September 2009, mikroskop pendeteksi malaria diujicobakan di beberapa daerah di Indonesia Timur. "Kami akan terus mengembangkan mikroskop ini. Rencananya, sebuah kamera akan ditambahkan sehingga hasil pen-daran bisa dihitung secara manual," pungkas Indah, hut I 2

0 komentar: